Mary Poppins dan Garam Langka

Mary Poppins. Who doesn’t know her? Pengasuh misterius yang kedatangan dan kepergiannya tergantung pada arah angin yang membawanya. P. L Travers berhasil menciptakan karakter yang kuat dan misterius sehingga kita tidak bisa menebak “what Mary Poppins will do?”. In my age, I still amaze dengan imajinasi penulis yang orisinal dan luar biasa.

Tapi bukan itu yang ingin saya bahas sekarang. Saya ingin membahas tentang perubahan diri kita melalui sebuah buku. Saya menyadari dengan bertambahnya usia, seringkali kita akan menggunakan sudut pandang baru ketika kita membaca buku yang pernah kita baca bertahun-tahun yang lalu. Detail yang dulu terlewat, melalui usia perlahan-lahan akan tampak, sama persis dengan kerutan di wajah *eh 😂

Dulu jaman masih muda, ketika saya membaca buku ini, saya hanya fokus pada tokoh utama, Mary Poppins dan sibuk menerka-nerka sebenarnya siapakah Mary Poppins? Atau lebih tepatnya “Mary Poppins itu apa?”. Kesimpulan saya sih dulu mungkin Mary Poppins ini jin yang menyamar jadi manusia. Tapi di umur yang lumayan banyak ini ketika membaca buku ini kembali, fokus saya beralih pada Mrs. Banks, majikan Mary Poppins. 

Mrs. Banks adalah seorang ibu rumah tangga yang mempunyai empat orang anak. Suaminya bekerja di sebuah bank dengan penghasilan yang tidak terlalu banyak. Beliau menyuruh Mrs. Banks memilih antara rumah yang bagus, bersih, dan nyaman atau empat orang anak. Mrs. Banks tidak boleh memilih dua-duanya karena suaminya tidak mampu menafkahinya. Karena Mrs. Banks lebih memilih memiliki empat orang anak, maka rumahnya yang agak bobrok dan perlu dicat dibiarkan begitu saja adanya tanpa perbaikan. 

Namun yang mengganjal pikiran saya, di sisi lain Mrs. Banks memiliki empat orang yang dipekerjakan di rumah mereka. Mrs. Brill yang memasak untuk mereka, Ellen yang menata meja, Mary Poppins yang mengasuh anaknya, dan Robertson Ay yang memotong rumput dan membersihkan sepatu mereka semua. Ya, membersihkan sepatu jadi pekerjaan khusus. Saya jadi membayangkan mungkin jika Mrs. Banks tinggal di Indonesia pasti dia bisa ngecat rumah. Disini asisten rumah tangga biasanya all in, hanya cukup mempekerjakan satu orang, rumah bersih, masakan tersedia, bayi2 mungilpun dijaga. Benar-benar patut diacungi jempol etos kerja orang Indonesia jika sudah dalam keadaan sangat kepepet, tanpa latar belakang pendidikan, maka pekerjaan apa saja akan dilakukan. 

Tapi benarkah etos kerja orang Indonesia sebegitu kuat? 

Beberapa waktu yang lalu saya dengar pasokan garam ke sejumlah daerah menjadi langka. Apa sebab? Ternyata beredar kabar bahwa garam yang beredar sudah banyak yang dicampur dengan tawas. Ini hal yang sangat aneh. Di negara beriklim tropis dengan ribuan pulau yang masuk dalam otoritas wilayah negara, garam yang beredar malah kualitasnya abal-abal. Apakah wilayah laut Indonesia yang kurang luas? Atau orang-orangnya yang kurang waras??? 

Mungkin bukan hanya saya yang bertanya2 pasal kelangkaan garam ini. Beruntung keresahan saya tentang garam mereda setelah seorang sahabat mengirimkan link tentang garam yang ditulis oleh mbak Ditya Danes. Setelah membaca tulisan dibawah ini, alhamdulillah ada harapan baru yang terbit terkait etos kerja masyarakat kita.

http://www.dennysiregar.com/2017/07/pusing-masalah-garam.html

“Orang-orang itu baik atau jahat – tidak ada yang di antaranya. Rumput dandelion itu hanya manis atau asam – tidak pernah ada yang sekedar lumayan”.
– Mary Poppins, hal. 82 –

Tinggalkan komentar